Selasa, 16 Desember 2014

  USAHA UNTUK MEMPERTAHANKAN SUATU HUBUNGAN

berusaha untuk bertahan demi keutuhan suatu hubungan itu tidak semudah membalik telapak tangan. dengan segenap daya dan upaya saya harus menahan segala amarah dan emosi dalam diri saya. segalnya sudah saya berikan untuk dia. dengan harapan dia bisa jadi seperti apa yang saya minta dan berhenti untuk menyakiti perasaan ini. kejadian ini memang sudah terjadi beberapa kali hingga rasa sakit yang saya rasakan begitu dalam. saya yang awalnya hanya bisa menangis kini bisa marah dan bersikap cuek sama dia. mungkin karena rasa sayang dalam diri ini yang begitu besar hingga tidak tau kenapa dalam waktu singkat saya sudah bisa bersikap seperti biasanya. kamu selingkuh dan masih terhubung dengan mantan kamu itu merupakan hal yang sangat menyakitkan buat saya. saya merasa kecewa yang sangat berat dan betapa sakitnya dicap sebagai seorang wanita yang sangat bodoh karena pasangannya bisa memperhatikan perempuan lain. bagi saya hal itu sangatlah memalukan karena seolah-olah saya kurang memberikan perhatian kepada dia. hingga akhirnya saya pun sangat bingung untuk menentukan keputusan. saya tau memang masih banyak lelaki lain diluar sana yang mau menerima aku dengan apa adanya dan mungkin lebih baik dari dia yang memberikan kebahagiaan dan kesetiaanya kepada saya. namun apakah bisa dengan mudah hati ini menerima cinta baru dan memulai suatu perjalanan dari awal lagi.
perjalanan hubungan kita memang sudah cukup jauh dan lama hingga say berfikir tidak akan ada lagi kata perpisahan di antara kita. dalam lubuk hati saya yang paling dalam, saya berdoa agar hubungan yang sedang sakit ini senantiasa dijamah oleh Tuhan. Tuhan memulihkan kembali hubungan kita dan senantiasa memberkatinya. dan saya hanya meminta supaya kami berdua kiranya dijauhkan dari segala bentuk pencobaan. saya yakin dalam diri saya bahwa cinta yang saya berikan dengan suci dan murni ini akan membawa kami menuju jalan yang sama tanpa ada perbedaan sedikitpun di antara kita.

Sabtu, 11 Oktober 2014



TUGAS PAPPER
MATA KULIAH PENGANTAR USAHA TANI
Komoditas Semangka (Citrullus vulgaris)”



 










Oleh:
 Kelompok 4
Risky Widayanti                    125040200113002




UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
KEDIRI
2014

Soal
1.      Carilah referensi hasil penlitian usaha tani terkait sjarah usaha tani komoditas terkait objek praktikum.
2.      Lakukan idntifikasi sejarah usaha tani dan komoditas pada obyek praktikum.
3.      Interpretasikan hasilnya.
(lengkapi dengan foto)

Pembahasan
1.      Jurnal (terlampir)
2.      Identifikasi
 Negara Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian besar penduduknya merupakan bekerja dibidang pertanian. Sehingga pertanian yang mempu mnggerakkan roda perekonomian rakyat Indonesia. Namun pada kenyataannya yang terjadi saat ini masyarakat belum mampu memanfaatkan potensi secara optimum yang disebabkan oleh berbagai faktor misalnya rendahnya sumber daya manusia dan teknologi inovasi baru yang tidak diterapkan. Indonesia yang memiliki berbagai potnsi alam memang belum semuanya dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang optimum misalnya di daerah Kabupaten Kulon Progo.
Dalam identifikasi komoditas semangka menurut Wilastinova(2012) budidaya semangka dapat dilakukan dimana saja dengan media apa saja. Petani daerah Kabupaten Kulon Progo menanam semangka sebab daerah tersebut merupakan salah satu darah penghasil semangka sedangkan lahan yang tersedia semakin sempit sehingga sangat diperlukan inovasi baru agar daerah Kabupatn Kulon Progo tetap dapat menghasilkan buah semangka. Berdasarkan jurnal Wilastinova (2012) dijelaskan bahwa pertanian di Indonesia dapat dikembangkan melalui penerapan teknologi inovasi baru dengan memanfaatkan potensi yang ada yaitu pemanfaatan lahan pasir pantai yang diharapkan dapat menambah areal tanam yang senantiasa berkurang pada setiap tahunnya. Untuk benih, petani menggunakan benih semangka Siminis yang dibeli dari toko trdekat.
Sedangkan pada penelitian Sugiarti (2010) memaparkan bahwa pengembangan teknologi dalam pengembangan budidaya semangka adalah dengan benih semangka hibrida. Benih semangka hibrida merupakan prospek yang cerah sebab dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani,pengentasan kemiskinan, perbaikan gizi dan perluasan kesempatan kerja. Dalam upaya pengembangan usaha tani tanaman semangka petani PT.Tunas Agro Persada Semarang yang brgerak di bidang industri pertanan. Jadi petani hanya perlu menyiapkan lahan untuk budidaya sedangkan benih hibrida difasilitasi oleh mitra kerja ( PT. Tunas Agro Persada). Petani melakukan budidaya semangka dibawah bimbingan dan pengawasan dari pihak PT. Tunas Agro Persada.
Dari beberpa jurnal yang kami dapatkan ada beberapa perbedaan teknik budidaya semangka yaitu jika pada jika pada lahan pasir di Kabupaten Kulon Progo penggunaan pupuk kompos, pupuk Ponska dan NPK Mutiara diberikan secara bersama- sama sedangkan pada lahan biasa diberikan satu per satu tiap-tiap jenis pupuk. Cara pemberian pupuk demikian berdasarkan penelitian Wilastinova(2012) berpengaruh nyata terhadap produksi semangka pada lahan pasir. Pemupukan dasar yaitu pupuk Phonska dan pupuk kompos yang diberikan bersamaan sedangkan pupuk NPK merupakan pupuk susulan.
Di kabupaten Karanganyar bibt yang digunakan sebelumnya adalah benih lokal kemudian perubahan terjadi dengan penggunaan benh semangka hibrida. Pengolahan tanah dilakukan 10-14 hari lebih awal daripada pembibitan. Pemupukan yang dilakukan yaitu puuk kompos diberikan pada saat pengolahan tanah sedangkan untuk pemupukan susulan digunakan pupuk TSP dan KCL. Sebab pemberian pupuk susualn dianggap penting , namun untuk tanaman yang sudah subur cukup diberi pupuk daun yang disesuaikan dengan fase pertumbhan tanaman (Samadi, 1996 dalam Sugiarti (2010)). Untuk perawatan dilakukan penyulaman sedini mungkin hingga tanaman berumur 15 hari . Pemangkasan dilakukan apabila tanaman terdapat banyak buah. Buah yang disisakan biasanya yang tumbuh bagus dan letaknya tidak berdekatan.
3.     Review/Komentar
Tanaman semangka banyak dibudidayakan oleh petani di berbagai daerah, hal ini dikarenakan buah semangka yang mempunyai rasa yang enak, segar karena banyak mengandung air serta berbagai produk minuman yang banyak menggunakan bahan baku semangka menjadi alasan yang kuat bahwa tanaman semangka mempunyai prospek yang bagus untuk usaha tani. Di daerah Indonesia masyarakat sangat gemar untuk mengkonsumsi buah semangka baik digunakan untuk buah maupun minuman, namun didapatkan berbagai permasalahan dalam produksinya sehingga seringkali kebutuhan semangka tidak terpenuhi, misalnya di Kabupaten Kulon Progo yang merupakan salah satu sentra produksi tanaman semangka terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi areal pemukiman. Sedangkan di daerah tersebut hanya didapatkan lahan pasir. Untuk mngatasi hal tersebut maka adanya inovasi baru yang memanfaatkan lahan pasir di Kabupaten Kulon Progo sangat baik untuk dikembangkan sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat akan buah semangka. Dengan adanya inovasi tersebut menurut saya juga berpengaruh positif terhadap faktor ekonomi masyarakat sekitar sebablahan yang dahulunya tidak berproduktif sekarang menjadi produktif dan menghasilkan pendapatan ekonomi untuk kelangsungan hidup petani. Dari segi tenaga kerja jga meningkatkan pengadaan lapangan pekerjaan dibidang pertanian.
Dalam penelitian Sugiarti (2010) yang menerapkan inovasi teknologi baru dengan penggunaan benih semangka Hibrida menurut saya dari segi positifnya yaitu pendapatan petani dapat meningkat sehingga mampu mensejahterakan petani semangka di daerah Kabupaten Karanganyar. Selain petani ada pihak lain yang mendapatkan keuntungan yaitu mitra kerja PT. Tunas Agro Persada yang dapat menanam semangka untuk kepentinga perusahaan tanpa mengeluarkan biaya untuk lahan sebab petani yang bermitra harus menyediakan lahan sendiri untuk budidaya tanaman semangka yang diberikan PT. Tunas Agro Persada.
Parapetani di Kabupaten Karanganyar bersedia menerima atau mengadopsi suatu inovasi baru tentang budidaya tanaman semangka hibrida tersebut karena mereka menginginkan suatu perubahan yaitu ingi meningkatkan produksi dalam usaha taninya dengan merubah cara-cara usaha taninya untuk mendapatkan income yang sebesar-besarnya. Perubahan yang sebelumnya hanya menggunakan benih semangka lokal memberikan hasil produksi yang rendah untuk petani.

4.      Kesimpulan
Dari berbagai inovasi trsebut dapat disimpulkan bahwa setiap inovasi mempunyai pengaruh yang positif untuk usaha tani tanaman semangka. Di Kabupaten Kulon Progo yang dulunya hanya memanfaatkan lahan pertanian yang produktif saja pada tahun 2012 berpindah memanfaatkan lahan pasir disekitar pantai setelah adanya inovasi. Kemudian di Kabupaten Karanganyar sejarah awalnya yang menggunakan benih semangka lokal berubah menjadi budidaya benih tanaman semangka hibrida karena petani yang bersedia mengadopsi suatu inovasi teknologi baru. Dari segi budidaya kedua daerah mempunyai teknik yang berbeda jika pada Kabupaten Kulon Progo pemupukan pupuk Phonska dan kompos dilakukan bersamaan maka di Kabupaten Karanganyar pemupukan kompos pada pengolahan lahan sedangkan pupuk kimia TSP dan NPK pada saat pemupukn susulan.

5.      Referensi
Sugiarti, Lanjar.2010. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Dengan Tingkat Adopsi Budidaya Tanaman Semangka Hibrida Di Kabupaten Karanganyar Bekerjasama Dengan Pt. Tunas Agro Persada Semarang. Yogyakarta : Universitas Sebelas Maret.
Wilastinova, Reni Fatma.2012. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Semangka (Citrullus vulgaris) Pada Lahan Pasir di Pantai Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta:Universitas Sebelas Maret.



Jumat, 06 Juni 2014

Laporan Fieldtrip Stela

LAPORAN PRAKTIKUM
SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN
LERENG UTARA GUNUNG KLOTOK KEDIRI




Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
                                                                





 















PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEDIRI
2014



LAPORAN PRAKTIKUM
SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN
LERENG UTARA GUNUNG KLOTOK KEDIRI






Disusun Oleh:
Kelompok 3
1.             Risky Widayanti                    125040200113002
2.             Ayu Soekardi                         125040218113019
3.             Nakita Chicka Tamara            125040218113001
4.             Sandi Satria Pamungkas         125040218113014
5.             M. Fatkur Rozak                    125040218113023
6.             Ari Romadloni                       125040218113015
7.             Dwi Yudha Kurniawan          125040218113006






PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS IV
KEDIRI
2014


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar utama melakukan klasifikasi dan memahami tanah adalah diskripsi profil tanah yang dilakukan di lapang. Pengamatan di lapang pada dasarnya dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu; 1) pengamatan identifikasi (pemboran), 2) pengamatan detil (minipit + pemboran), dan 3) deskripsi profil tanah.
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam alternatif penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Adapun berbagai cara dalam proses perbaikan yang dilakukan terhadap lahan akan memberikan gambaran tentang bagaiman cara penggunaan lahan secara optimal, baik dan benar guna meningkatkan produktivitas lahan khususnya evaluasi lahan terhadap pembudidayaan tanaman pertanian (Abdullah, 1993).

1.2 Tujuan
1.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan mengklasifikasikan jenis tanah
2.      Mahasiswa mampu mengidentifikasi penggunaan lahan dan karakteristik sifat lahan
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan keadaan umum suatu tanah
4.      Mahasiswa mampu mengetahui cara untuk mengevaluasi lahan











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Survei Tanah
Survei tanah dilakukan untuk menentukan tingkat kemampuan lahan secara keseluruhan sebagai bahan pemetaan tanah dalam hubungan dgn penentuan klasifikasi tanah. Lahan-lahan yg telah disurvai digolongkan dala kelas-kelas yg sesuai dengan kemampuan berdasarkan dgn faktor-faktor yg bersifat menghambat dalam pemanfaatan lahan tersebut terutama utk bidang pertanian.
Survai adl uraian keseluruhan dari aktifitas dan proses termasuk didalam adl perumusan tujuan prosedur perencanaan komplikasi data dan ekstraksi informasi dalam bentuk peta laporan dan sebagai (Abdullah 1993).
Faktor-faktor yg menunjang adl data-data mengenai sifat fisik kimia dan biologi tanah termasuk bentuk wilayah iklim dan lain-lain secara keseluruhan baik sampai sangat baik.  Faktor-faktor penghambat seperti sifat-sifat fisik kimia dan biologi tanah yang jelek keadaan iklim yg tidak sesuai bentuk wilayah berlereng dan berbukit-bukit sering terjadi genangan air serta salinitas yg tinggi.

2.2 Evaluasi Lahan
Dalam suatu proses kegiatan prencanaan penggunaan lahan (land use planning) evaluasi lahan menjadi salah satu komponen yang penting. Menurut Arsyad (2006) evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaan lahan jika diperlukan untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang dikembangkan. Berdasarkan tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan. Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Menurut Sitorus (1985) prosedur evaluasi lahan terutama didasari oleh adanya kenyataan bahwa penggunaan lahan yang berbeda memerlukan persyaratan yang tidak sama, informasi yang yang diperlukan dalam evaluasi lahan menyangkut tiga aspek utama, yaitu : lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomis.
Menurut FAO (1976) bahwa dalam evaluasi lahan sifat-sifat lingkungan fisik dan kimia suatu wilayah dirincikan dalam kualitas lahan dan tiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu karakteristik lahan yg umum memiliki hubungan satu sama lainnya.  Karakteristik lahan adl sifat-sifat tanah yg dapat diukur atau diduga.  Kualitas lahan adl sifat tanah yg kompleks dan berperan pada penggunaan lahan yg spesifik.
Menurut FAO (1976) dalam Djaenuddin, dkk, 2000), kegiatan utama dari evaluasi lahan adalah sebagai berikut:
1.      Konsultasi pendahuluan : meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian serta identitas dan skala survei.
2.     Penjabaran (deskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
3.     Deskripsi satuan peta lahan (Land Mapping Unit) dan kemudian kualitas lahan (Land Qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dan pembatas-pembatasnya.
4.     Membandingkan jenis pengguanaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evalusai lahan, dimana data lahan, penggunaan lahan dan informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.
5.     Hasil dari butir ke-4 adalah hasil klasifikasi kesesuaian lahan.
6.     Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.




BAB III
METODOLOGI
3.1 Pengamatan (minipit,bor)
Pengamatan fieldtrip survey tanah dan Evaluasi Lahan dilaksanakan hari sabtu tanggal 24 Mei 2014 di Dusun Borok, Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kediri, Jawa Timur
Pada materi kali ini akan diperkenalkan deskripsi profil tanah. Namun, pengamatan dilakukan pada minipit yaitu lubang (liang) pengamatan tanah yang dibuat dengan menggunakan skop dengan ukuran minimal 40x40 cm dan kedalaman 80 cm . Berbeda dengan profil tanah, dimana pengamatan atau deskripsi tanah dilakukan pada lubang yang sengaja digali pada tanah dengan ukuran panjang kurang lebih 2m, lebar 1m dan dalam 2m.

3.3.1         Alat dan Bahan

Alat:

a.       Alat Penggali
Nama Alat
Kegunaan
Cangkul
Untuk mencangkul (menggali) tanah untuk membuat profil tanah
Sekop
Mempermudah dalam mencangkul dan mengambil tanah untuk membuat minipit
Bor
Digunakan untuk mengebor tanah

b.      Deskripsi Tanah
Nama Alat
Kegunaan
Pisau Tanah
Digunakan untuk membuat batas horison tanah dan konsistensi tanah
Buku “Munsell Colour Chart”

Digunakan untuk menentukan warna tanah
Botol air
Sebagai tempat air yang digunakan untuk membasahi tanah dalam menetukan tekstur, struktur dan konsistensi tanah
Meteran (roll meter) 2 meter dj

Digunakan untuk mengukur kedalaman profil tanah dan ketebalan horison yang telah digali
Sabuk profil

Digunakan untuk menentukan batas ketebalan horison
Kartu Deskripsi Profil Tanah, Kartu pemboran, Kartu Minipit
Digunakan untuk mencatat data dari hasil survei tanah
Meja dada
Digunakan sebagai tempat (alas) untuk mencatat data survei
Alat tulis (bolpoin, kertas, pensil, penghapus, setipo, penggaris)

Digunakan untuk mencatat dan membuat laporan hasil survei
Kamera
Digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan survei
Kantong Plastik
Digunakan sebagai tempat sampel tanah yang diambil

c.       Deskripsi Lokasi
Nama Alat
Kegunaan
Kompas
Digunakan untuk menetukan arah dalam mencari titik pengamatan
GPS
Digunakan untuk menentukan titik pengamatan yang pertama
Klinometer (Busur)
Digunakan untuk menentukan besar kelerengan suatu tempat survei

d.      Referensi Lapangan
Nama
Kegunaan
Buku Panduan Deskripsi Lapang
Digunakan sebagai panduan untuk mengumpulkan data hasil survey

Buku Keys to Soil Taxonomy
Untuk menentukan jenis tanah, epipedon, dan endopedon yang berada di daerah survei
.

Bahan:


Nama Bahan
Kegunaan
Air
Untuk menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi tanah
Tanah
Untuk menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi tanah



3.2 Deskripsi dan Klasifikasi
            3.2.1 Deskripsi Tanah



































Lembab
Basah
Menentukan warna (menggunakan soil munsell colour chart)


 


Menentukan taraf perkembangan tanah (dengan cara menekan tanah)


Menentukan konsistensi kelembapan tanah (dengan cara menekan tanah/dipirit)


Menentukan struktur tanah (dengan cara digoyang/dipecah sampai menjadi agregat terkecil lalu disesuaikan dengan klasifikasinya)
Menentukan konsistensi basah (dengan cara memberi air pada tanah, digulung menjadi bola, lalu ditekan)


Menentukan plastisitas tanah (dengan cara menggulung tanah yang basah menjadi panjang, lalu dijadikan bentuk cincin)


Menentukan tekstur tanah (dengan cara memijat tanah yang basah dan merasakan kehalusan tanah)





















3.2.2 Klasifikasi Tanah

















































 

















3.3 Evaluasi Lahan
     3.3.1 Kondisi Lahan
                   Kondisi lahan dapat diketahui dengan melakukan pengamatan tanaman di sekitar lahan. Pada titik 1 vegetasinya ada tanaman jati, tebu, lamtoro, dan mangga. Secara fisiografi terdapat pada lereng tengah dengan relief gumuk pada kelerengan 5 %.
Pada titik 2 vegetasinya ada tanaman mangga dan semak. Secara fisiografi terdapat pada lereng tengah dengan relief gumuk pada kelerengan 10 %.
Pada titik 3 vegetasinya ada tanaman mangga dan ubi kayu. Secara fisiografi terdapat pada lereng tengah dengan relief bergunung pada kelerengan 25 %.
3.3.2 Kesesuaian Lahan dan Kemampuan Lahan
Urutan kegiatan dalam evaluasi lahan antara lain evaluasi kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Cara kerja penentuan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan yaitu pengkelasan data-data pengukuran lapangan di tiap satuan lahan, cocokkan informasi data lapangan dengan tabel kemampuan lahan, penentuan faktor pembatas dengan melihat faktor yang memiliki potensi kerusakan lahan terberat, penentuan kelas dan sub kelas kemampuan lahan, penyusunan arahan penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan, isikan data lapangan ke dalam tabel isian keevaluasi kesesuaiaan lahan, cocokkan data lapangan ke dalam persyaratan tumbuh suatu tanaman, tentukan kelas kesesuaian lahan tiap karakteristik lahannya, tentukan faktor pembatas terberat yang ditentukan dari karakteristik lahan yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman, tentukan kelas kesesuaian lahan.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Horison Penciri dan Genetik
Tabel 1 Lokasi titik 1
Nomor Horison
1
2
3
4
Simbol Horison
R
A
Bw1
Bw2
Kedalaman (cm)
0-2
2-20
20-28
28-64
Batas
Kejelasan

J
J
B
Topografi

O
O
O
Struktur
Tipe
Remah
remah
Gumpal Membulat
Gumpal bersudut
Ukuran
1-2 mm
2-5 mm
2-5 mm
5-10 mm
Warna
10YR 6/3
10 YR 2/1
10 YR 3/3
10YR  2/1





Titik lokasi pertama mempunyai 4 horison, horison pertama mempiliki kedalaman 0-2 cm dengan material pasir. Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah abu-abu dengan bahan organik yang rendah. Tekstur tanah adalah pasir dengan tekstur yang kasar, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola atau gulungan. Sruktur tanahnya remah karena berupa pasir dengan batas horison jelas dan berombak. Horison kedua dengan kedalam 2-20 cm, struktur tanahnya remah dengan ukuran 2-5 mm dan mempunyai simbol horison A. Struktur tanah remah dengan ukuran 2-5 mm. Batas horison berombak secara jelas. Horison 3 mempunyai struktur tanah gumpal membulat dengan simbol horison Bw, mempunyai kedalaman 20-28 cm. Horison terakhir adalah horison 4 memiliki kedalaman 28-64 cm bersturktur gumpal bersudut, batas horison baur dan berombak.




Tabel 2 Lokasi titik 2
Nomor Horison
1
2
3
4
Simbol Horison
R
A
Bw1
Bw2
Kedalaman (cm)
0-2
2-16
16-22
22-76
Batas
Kejelasan

N
B
J
Topografi

O
R
R
Struktur
Tipe
Remah
Sudut membulat
Butir
Gumpal bersudut
Ukuran
1-2 mm
1-2 mm
1-2 mm
2-5 mm
Warna
10YR 6/3
10 YR 3/4
10 YR 3/2
7,5 YR  3/4











Lokasi titik 2 mempunyai 4 horison, horison pertama memiliki kedalaman 0-2 cm dengan material pasir, struktur tanahnya remah dengan ukuran 1-2 mm. Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah abu-abu dengan bahan organik yang rendah. Tekstur tanah adalah pasir dengan tekstur yang kasar, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola atau gulungan. Sruktur tanahnya remah karena berupa pasir dengan batas horison jelas dan berombak. Horison kedua dengan kedalaman 2-16 cm, struktur tanahnya sudut membulat dengan ukuran 1-2 mm dan mempunyai simbol horison N. Horison 3 mempunyai struktur tanah butir dengan simbol horison Bw, mempunyai kedalaman 16-22 cm. Horison terakhir adalah horison 4 memiliki kedalaman 22-76 cm bersturktur gumpal bersudut, batas horison baur dan berombak.

Tabel 3 Lokasi Titik 3
Nomor Horison
1
2
3
4
5
Simbol Horison
A
A
Bw1
Bw2
Bt
Kedalaman (cm)
0-3
3-20
20-45
45-51
51-74
Batas
Kejelasan

J
J
A
J
Topografi

O
T
O
O
Struktur
Tipe
Remah
Gumpal Bersudut
Remah
Remah
Gumpal Membulat
Ukuran
-
2-5
1-2
2-5
5-10
Warna
7,5 YR 2,5/1
7,5 YR 3/2
10 YR 3/2
Glay 1  2,5/N
7,5 YR 2,5/2
Lokasi titik 3 mempunyai 5 horison, horison pertama memiliki kedalaman 0-2 cm dengan material pasir. Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah abu-abu dengan bahan organk yang rendah. Tekstur taah adalah pasir dengan rasa yang kasar, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola atau gulungan. Sruktur tanahnya remah karena berupa pasir dengan batas horison jelas dan berombak. Horison kedua dengan kedalam 3-20 cm, struktur tanahnya gumpal bersudut dengan ukuran 2-5 mm dan mempunyai simbol horison A. Struktur tanah remah dengan ukuran 1-2 mm. Batas horison berombak secara jelas. Horison 3 mempunyai struktur tanah remah dengan simbol horison Bw, mempunyai kedalaman 18-45 cm. Horison 4 adalah horison yang memiliki kedalaman 45-51 cm bersturktur remah, batas horison baur dan berombak. Horison terakhir adalah horison yang memiliki kedalaman 51-74 cm berstruktur gumpal membulat dengan ukuran 5-10 mm dengan simbol Bt.

4.2 Klasifikasi
Tabel 4 Klasifikasi Tanah
Parameter
Titik I
Titik II
Titik III
Ordo
Inceptisol
Inceptisol
Alfisol 
Endopedon
Kambik
Kambik
Argelik
Epipedon
Umbrik
Okrik
Umbrik
Permeabilitas
Sedang
Agak lambat
Agak lambat
Urutan à epipedon à endopedon à ordo à sub ordo à dst
Tanah pada titik pengamatan 1 ini memiliki epipedon Umbrik  karena resistensi lebih lunak, value 6 atau kurang, chroma 3 kurang jika lembab dan endopedon Kambik. Karena tanah ini memiliki horison kambik sehingga dapat dimasukkan pada ordo Inseptisol. Pada subordo tanah ini tergolong Udept. Selanjutnya tanah ini masuk pada grup Dystrudept. Pada subgrup tanah ini masuk pada Humic Dystrudept.
Tanah pada titik pengamatan 2 ini memiliki epipedon Okrik. Endopedon Kambik. Tanah ini dapat dimasukkan pada ordo Inseptisol. Pada subordo tanah ini tergolong Udepts  karena memiliki ciri Inseptisol yang lain.  Selanjutnya tanah ini masuk pada grup Dystrudepts karena terdapat Udept yang lain. Pada subgrup tanah ini masuk pada Typic Dystrudepts. Mempunyai ciri Dystrudepts yang lain.  
Tanah pada titik pengamatan 3 ini memiliki epipedon Umbrik. Endopedon Argilik. Tanah ini dapat dimasukkan pada ordo Alfisol. Pada subordo tanah ini tergolong Udepts  karena memiliki ciri Inseptisol yang lain.

4.3 Kelas Kemampuan Lahan
Tabel 5. Data kemampuan lahan
Sifat Fisik
Titik
1
2
3
Kedalaman (cm)
0-64
0-76
0-74
Aliran permukaan
Sedang
lambat
Lambat
Tekstur
Lempung liat berpasir
Agak halus
Agak kasar
Drainase alami
3-sedang
3-sedang
3-sedang
Lereng
5%
10%
25%
Erosi
Permukaan
permukaan
Permukaan
Bahaya erosi
Ringan
Ringan
Cukup
Tanaman utama
Jati
Mangga
Mangga
Sistem pemanenan
Monokultur
Agroforety
Tumpang sari
Sumber air
Sumur bor
Sumur bor
Sungai
Sistem irigasi
Tadah hujan
Tadah hujan
Permukaan
Bahaya Banjir
Tidak ada
Kadang-kadang
Kadang-kadang


         A profil (tanah daerah dataran tinggi dengan bahan induk batuan beku)
        Kedalaman                                                        nilai
        30 – 60 cm                                                      10 – 30
        60 – 90 vm                                                      30 – 50
        90 – 120 cm                                                    50 – 70
        120 – 180 cm                                                  70 – 80
        180 cm                                                            80 – 100
         B (tekstur tanah )
        Lempung liat berpasir                                     100
        Lempung berpasir halus                                  100
        Lempung                                                         100
        Lempung berdebu                                           95
        Lempung berpasir                                           90
        Pasir halus berlempung                                   90
        Lempung liat berdebu                                     90
        Lempung berliat                                              85
         C (lereng)
        Hampir datar   (0-2%)                                     100     
        Agak berombak (0-2%)                                   95-100
        Agak berlereng (3-8%)                                    95-100
        Berlereng (3-8%)                                             85-95
        Berlereng sedang (9-15%)                              85-95
        Bergelombang (9-15%)                                   70-80
        Berlereng kuat (16-30)                                    70-80
        Berbukit (16-30%)                                          30-50
        Curam (30-45%)                                             5-30
        Sangat curam (>45%)                                     5-30
         D (Aliran Permukaan)
        Tergenang                                           15-30
        Sangat Lambat                                    30-50
        Lambat                                                50-80
       Sedang                                                80-100
       Cepat                                                   50-80
       Sangat Cepat                                       15-30
         E (Bahaya Erosi)
Tidak ada                                                 90-100
Ringan                                                      80-95
Cukup                                                      50-80
Hebat                                                       30-50
Sangat hebat                                            15-30
Pengendapan                                            0-15
         F (Bahaya Banjir)
        Tidak ada                                                90-100
        Kadang-kadang                                      70-90          
        Banjir dalam 1 th teratur slama 1 bln     50-70
        Banjir dlm 1 th teratur slama 2-5 bln      30-50
        >6bln banjir teratur                                 5-30
Perhitungan SIR
a.       Lokasi Titik 1
1.      Faktor A          40        (40%)
2.      Faktor B          100      (100%)
3.      Faktor C          85        (85%)
4.      Faktor D          90        (90%)
5.      Faktor E          80        (80%)
6.      Faktor F          90        (90%)
Tabel 6 Parameter Penilaian Kemampuan Lahan
No.
Faktor pembatas
Nilai
Lokasi 1 (%)
Lokasi 2 (%)
Lokasi 3 (%)
1.
Faktor A (kedalaman tanah)
40
50
30
2.
Faktor B ( tekstur tanah)
100
100
90
3.
Faktor C (lereng)
85
70
70
4.
Faktor D (aliran permukaan)
90
60
60
5.
Faktor E ((bahaya erosi)
80
80
60
6.
Faktor F (bahaya banjir)
90
70
70
Nilai SIR
22%
11,7%
4,7%

Ø  Sub kelas
·         Kecuraman lereng dikelompokkan sbb:
        A = 0 – 3% (datar)
        B = >3 sampai 8% (landai atau bermabak)
        C = >8 sampai 15% (agak miring atau        bergelombang)
        D = >15 sampai 30% (miring atau berbukit)
        E = >30 sampai 45% (agak curam atau bergunung)
        F = >45 sampai 65% (curam)
        G = >65% (sangat curam)
·         Bahaya erosi
        e0 = tidak ada erosi
        e1 = ringan, <25% lapisan atas hilang
        e2 = sedang, 25-75% lapisan atas hilang
        e3 = agak berat, >75% lap.atas sampai    <25% lap. Bawah hilang
        e4 = berat, >25% lap.bawah hilang
        e5 = sangat berat : erosi parit
·         kedalaman tanah
        ko = >90 cm (dalam)
        k1 = 90 – 50 cm (sedang)
        k2 = 50 – 25 cm (dangkal)
        k3 = <25 cm (sangat dangkal)
·         Tekstur Tanah
        t1 = tekstur halus : tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat.
        t2 = tekstur agak halus : tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung    liat berdebu.
        t3 = tekstur agak kasar : tekstur lampung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus.
        t4 = tekstur kasar : tekstur pasir berlempung dan pasir
·         Bahaya Banjir
O0 =  Dalam waktu 1 tahun tidak pernah mengalami banjir untuk waktu 24 jam
O1 = Banjir lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur dalam jangka waktu kurang dari satu bulan
O2 =  Selama satu bulan dalam setahun secara teratur menderita banjir lebih dari 24 jam
O3 = 2 – 5 bulan dalam setahun secara teratur menderita banjir lebih dari 24 jam
O4 = 6 bulan atau lebih dilanda banjir secara teratur lebih dari 24 jam


Tabel 7 Kelas Kemampuan Lahan
NNo
Faktor Pembatas
Satuan
Kelas Kemampuan Lahan
SPL 1
SPL 2
SPL 3
1.
Tekstur (t)
kelas
t2
t2
t3
2.
Lereng (%) (l)
%
l2
I3
I4
3.
Drainase (d)
Kelas
d1
d1
d2
4.
Kedalaman Efektif (k)
Cm
k2
k1
k1
5.
Tingkat Erosi (e)
Kelas
e1
e1
e2
6.
Bahaya Banjir (o)
Kelas
o0
o1
o1
7.
Kelas Kemampuan Lahan
III
III
IV
8.
Faktor Pembatas
Kedalaman efektif
Kedalaman efektif
Kedalaman efektif
9.
Sub Kelas Kemampuan Lahan
III, k2
III, k1
IV, k1

Kelas kemampuan lahan merupakan suatu metode untuk Klasifikasi Kemampuan Penggunaan Lahan (KPL) menggunakan metoda yang dikembangkan oleh USDA dan telah diadaptasikan di Indonesia melalui Proyek Pemetaan Sumber Daya Lahan kerjasama antara Land Care Research New Zealand dengan Dept. Kehutanan tahun 1988- 1990 di BTPDAS Surakarta (Fletcher dan Gibb, 1990). Pada lokasi pengamatan titik pertama diperoleh hasil bahwa lahan kemampuan lahan berada pada kelas IIIk2.  Dikonversikan ke dalam kelas III sebab mempunyai nilai SIR yang termasuk dalam kriteria kelas Kemampuan lahan III yaitu 40-59%. Kelas kemampuan lahan III cocok untuk sebagian kecil penggunaan lahan dengan hasil sedang. Klasifikasi kemampuan lahan kelas III mempunyai hambatan berat yang mengurang i pilihan penggunaan dan memerlukan tindakan konservasi khusus. Kelas kemampuan lahan berada pada subkelas k2 berarti tipe penggunaan lahan mempunyai faktor pembatas pada kedalaman efektif tanah. Faktor pembatas bersifat sedang dengan kedalaman 0-64 cm.Pada lokasi titik 2 klasifikasi kemampuan lahan berada pada kelas III k1. Kemampuan lahan kelas III masih dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Dengan pembatas kedalaman efektif tanah.

Tabel 8 hasil survei tanah dan evaluasi lahan di gunung klotok Lokasi 1
Penampang
Horison
Deskripsi
Keterangan

R (0-2 cm)
10YR 6/3
Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah abu-abu dengan bahan organik yang rendah. Tekstur tanah adalah pasir dengan tekstur yang kasar, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola atau gulungan.
Berada di permukaan
A (2-20 cm)
10 YR 2/1
struktur tanahnya remah dengan ukuran 2-5 mm dan mempunyai simbol horison A
Berada di bawah lapisan pasir
Bw 1 (20-28 cm)
10 YR 3/3
mempunyai struktur tanah gumpal membulat dengan simbol horison Bw,
Berada di bawah horison A
Bw 2 (28-64 cm)
10YR  2/1
Lapisan horison bawah bersturktur gumpal bersudut, batas horison baur dan berombak.

Berada di bawah horison BW 1

Tabel 9  hasil survei tanah dan evaluasi lahan di gunung klotok  Lokasi 2
Penampang
Horison
Deskripsi
Keterangan

 
R (0-2 cm)
10YR 6/3
Tekstur tanah adalah pasir dengan tekstur yang kasar, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola atau gulungan. Sruktur tanahnya remah karena berupa pasir dengan batas horison jelas dan berombak
Berada di permukaan
A (2-16 cm)
10 YR 3/4
Batas horisan baur, struktur tanahnya sudut membulat dengan ukuran 1-2 mm dan mempunyai simbol horison N.
Berada di horison 2 di bawah tekstur pasir
Bw 1 (16-22 cm)
10 YR 3/2
Horison 3 mempunyai struktur tanah butir dengan simbol horison Bw, mempunyai kedalaman 16-22 cm
Berada di bawah horison A

BW 2 (22-76 cm)
7,5 YR  ¾
Bersturktur gumpal bersudut, batas horison baur dan berombak.

Berada di bawah horison BW1


Tabel 10 hasil survei tanah dan evaluasi lahan di gunung klotok Lokasi 3
Penampang
Horison
Deskripsi
Keterangan

A ( 0-3 cm )
7,5 YR 2,5/1
Tekstur tanah adalah pasir dengan rasa yang kasar, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola atau gulungan. Sruktur tanahnya remah karena berupa pasir dengan batas horison jelas dan berombak
Berada di permukaan
A (3-20 cm)
7,5 YR 3/2
struktur tanahnya gumpal bersudut dengan ukuran 2-5 mm dan mempunyai simbol horison A. Struktur tanah remah dengan ukuran 1-2 mm. Batas horison berombak secara jelas
Berada di bawah horison A
Bw 1 (20-45 cm)
10 YR 3/2
mempunyai struktur tanah remah dengan simbol horison Bw. Bertipe remah
Berada di bawah horison A
Bw 2  (45-51 cm)
Glay 1  2,5/N
Batas horison baur, bersturktur remah, batas horison baur dan berombak
Berada di bawah horison Bw 1
Bt (51-74 cm)
7,5 YR 2,5/2
Batas horison baur, struktur : tipe gumpal membulat, berstruktur gumpal membulat dengan ukuran 5-10 mm dengan simbol Bt
Berada di bawah horison Bw 2

 


4.4 KESESUAIAN LAHAN
Komoditas                                    : Jati          
Tabel 11. Kesesuaian lahan aktual titik 1
PERSYARATAN PENGGUNAAN/KARAKTERISTIK/LAHAN
SPL 1
DATA
KELAS
Temperatur (tc)


Temperatur rerata (0C)
-
-
Ketersediaan air (wa)


Curah hujan (mm) pada musim pertumbuhan
-
-
Kelembaban (%)
-
-
Ketersediaan oksigen (oa)


Drainase
Sedang
S2
Media perakaran (rc)


Tekstur
Lempung liat berpasir, Agak halus
S1
Bahan kasar (%)
0

Kedalaman tanah (cm)
64
N
Bahaya erosi (eh)


Lereng (%)
5%
S1
Bahaya erosi
Ringan
S2
Bahaya banjir (fh)


Genangan
Tidak pernah
S1
Penyiapan Lahan (lp)


Batuan permukaan (%)
0
S1
Singkapan batuan (%)
0
S1
Kelas kesesuaian lahan

N
Faktor pembatas

rc
Sub kelas kesesuaian lahan

N rc

Pada titik ke 1, kesesuaian lahan potensialnya yaitu dengan komoditas jati dengan faktor pambatasnya adalah kelerengan. Pada kesesuaian lahan aktual termasuk ke dalam kelas N. Karena lahan tersebut memiliki pembatas yang berat dengan kedalaman 64 cm . lempung liat berpasir atau agak halus. Teksturnya termasuk lempung liat berpasir, agak halus. Sedangkan pada kesesuaian lahan potensial juga termasuk ke dalam kelas N dimana pembatas tersebut tidak mungkin digunakan untuk penggunaan tujuan yang telah direncanakan. Jadi lahan di titik 1 sebenarnya tidak potensial untuk ditanami tanaman jati.








Komoditas      :  Tanaman Mangga (titik 2)
Tabel 12. Kesesuaian lahan aktual titik 2
PERSYARATAN PENGGUNAAN/KARAKTERISTIK/LAHAN
SPL 1
DATA
KELAS
Temperatur (tc)


Temperatur rerata (0C)
-
-
Ketersediaan air (wa)


Curah hujan (mm) pada musim pertumbuhan
-
-
Kelembaban (%)
-
-
Ketersediaan oksigen (oa)


Drainase
Sedang
S2
Media perakaran (rc)


Tekstur
Lempung liat berpasir,agak halus
S1
Kedalaman tanah (cm)
76
S2
Bahaya erosi (eh)


Lereng (%)
10
S1
Bahaya erosi
Ringan
S1
Bahaya banjir (fh)


Genangan
Tidak ada
S1
Penyiapan Lahan (lp)


Batuan permukaan (%)
0
S1
Singkapan batuan (%)
0
S1
Kelas kesesuaian lahan

S2
Faktor pembatas

Rc,oa

Berdasarkan data yang ada dan analisis yang dilakukan kelompok kami melakukan pengamatan pada 3 titik, dimana setiap titik memiliki kesesuaian lahan dengan faktor pembatas yang berbeda tentunya. Titik 2 pada kesesuaian lahan aktual termasuk dalam kelas S2 yaitu drainase termasuk dalam kategori sedang, tekstur agak halus dengan kedalaman tanah 76 cm. Kelerengannya mencapai 10% dan termasuk bahaya erosi yang ringan dengan media perakarannya agak halus. Kesesuaian lahan potensial juga termasuk ke dalam kelas S2 dengan kriteria lahan sama dengan kesesuaian lahan aktual.

komoditas : Ubi Kayu (titik 3)
Tabel  13. Kesesuaian lahan aktual titik 3


PERSYARATAN PENGGUNAAN/KARAKTERISTIK/LAHAN
SPL1
DATA
KELAS
temperatur (tc)


temperatur rerata (˚C)


Ketersediaan air (wa)


curah hujan (mm) pada musim pertumbuhan


kelembaban (%)


ketersediaan oksigen (oa)


Drainase
 Sedang  
S2
media perakaran (rc)


Tekstur
 Lempung liat berpasir, lempung berpasir, agak kasar
S2
bahan kasar (%)
 0
S1
kedalaman tanah (cm)
 64
S3
bahaya erosi (eh)


lereng (%)
 5
S1
bahaya erosi
 Ringan
S2
bahaya banjir (fh)


penyiapan lahan (lp)


kelas kesesuaian lahan

S3
faktor pembatas

S3rc

Pada titik ke 2 dengan faktor pembatas berupa kedalaman tanah dan termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S3. Tingkat kelerengan lahan 5% dengan kedalaman 64.. Kesesuaian lahan aktual pada titik ini drainasenya sedang dengan tekstur tanahnya agak kasar. Sedangkan kesesuaian lahan potensial juga dibatas oleh faktor kedalaman dengan data yang diperoleh sama dengan kesesuaian pada lahan aktual.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Klasifikasi tanah pada titik pengamatan 1 memiliki epipedon Umbrik  dan endopedon Kambik. Termasuk  pada ordo Inseptisol. Pada subordo tanah ini tergolong Udept. Selanjutnya tanah ini masuk pada grup Dystrudept. Pada subgrup tanah ini masuk pada Humic Dystrudept. Pada titik pengamatan 2 memiliki epipedon Okrik, Endopedon Kambik,  termasuk  pada ordo Inseptisol. Pada subordo tanah ini tergolong Udepts  karena memiliki ciri Inseptisol yang lain.  Selanjutnya tanah ini masuk pada grup Dystrudepts karena terdapat Udept yang lain. Pada subgrup tanah ini masuk pada Typic Dystrudepts. Mempunyai ciri Dystrudepts yang lain. Titik pengamatan 3 memiliki epipedon Umbrik, Endopedon Argilik, tanah ini dapat dimasukkan pada ordo Alfisol.
Penggunaan lahan pada titik pengamatan 1 tanaman utamanya adalah Jati, namun berdasarkan sifat tanah di daerah tersebut, tanah tidak potensial untuk ditanami Jati dengan faktor penghambat kedalaman yaitu 64 cm. Pada pengamatan lokasi 2 tanah potensial untuk ditanami tanaman mangga yaitu pada tingkat kesesuaian S2 dengan faktor pembatas tanah kedalaman dan drainase yang bersifat sedang. Sedangkan pengamatan lokasi 3 lahan ptensial untuk lahan pertanian dengan komoditas tanaman ubi kayu, kelas kesesuaian lahan S3 dengan faktor pembatas kedalaman tanah yang mampu ditembus oleh tanaman. Lahan pada titik ini  bertekstur agak kasar.

5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan disarankan pada lokasi pengamatan titik 3 sebaiknya diganti dengan komoditas tanaman selain jati sebab Evaluasi Kesesuaian Lahan, lahan tidak potensial untuk tanaman Jati.





DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Bogor. 200pp
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB
Brady, N. C. and R. R. Weil. 2004. Element og Nature and Properties of Soils. Prentice-Hall, Inc., NJ.
Djaenuddin, D, Dkk, (1994). Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Kehutanan (Land Suitability for Agriculture and Silvicultural Plants). Second Land Resource Evaluation and Planning Project, ADB Loan 1099, INO, Laporan Teknis No 7 Versi 1.0. 51 pp
FAO. 1976.A Framework for Land Evaluation.” FAO Soil Bulletin 32. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Divition. Rome, Italy: FAO
FAO. 1985. “Guidelines: Lines Evaluation for Irrigated Agriculture”. Soil Bulletin 55, Rome, Italy: FAO. 231 pp.
FAO. 1990. “Guidelines for Soil Description”. 3rd Edition. (revised). Soil Res. Dev. and Coserv. Service. Land and Water Dev. FAO, Rome
Harjowigeno, S. 1992. “Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan”. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Haryono, Eko. 2005. “ Geomorfologi dan Hidrologi Karst “. Universitas Gajahmada Press : Yogyakarta.
Purnomo, Doni. 2012. “Definisi Landform Aluvial”. (online) http://pinterdw.blogspot.com. Diakses tanggal 17 Mei 2013
Sys,C.,E. Van Ranst, J. Debaveye 1991. Land Evaluation Part I. Principles in Land Evaluation and Crop Production Calculation. International Training Centre For Post- Graduate Soil Scientist University Ghent.