Jumat, 11 April 2014

Rencana Pembuatan Demplot Menegement Agroekosistem



PROPOSAL MATA KULIAH MANAGEMENT AGROEKOSISTEM
PERANCANGAN PENELITIAN
Pembuatan Demplot Budidaya Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.)

Oleh Kelompok 1:
1.      Defi Ismi Damayanti                                               125040218113010
2.      Eber Lonameo                                                          125040218113018
3.      Fibri Dedy                               125040218113026
4.      Irene Iriani                               125040218113004
5.      Moh. Saiful Anwar                  125040218113028
6.      Risky Widayanti                      125040200113002
7.      Vivi Imroatin Nafiah               125040218113009
8.      Yoedha Putra Pratama            125040218113017
9.      Yuniza                                     125040218113020




UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
KEDIRI
2014

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pada umumnya tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospektif yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi khususnya bagi para petani.  Tanaman Hortikultura diataranya yaitu buah- buahan, obat-obatan, tanaman hias serta sayur-sayuran sepertu sawi.
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau     (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa) kelompok pekinensis, disebut juga petsai yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea) kelompok alboglabra adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia (Yudharta, 2009).
Di Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik (Anonim, 2010).
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard (Rianto, 2009).

1.2 Tujuan Pelaksanaan
Tujuan dari Praktikum Menejemen Agroekosistem yaitu untuk mengetahui teknik budidaya dari Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan media yang digunakan untuk penanaman adalah pasir bekas erupsi Gunung Kelud. Sedangkan kegunaan dari Praktikum Dasar-Dasar Agronomi yaitu agar mahasiswa mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pupuk pada tanaman yang dibudidayakan.



TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Klasifikasi dan Morfologi
 









Gambar 2.1 Tanaman Sawi Hijau

Klasifikasi tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.), Kingdom: Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales, Famili: Cruciferae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica juncea L (Kloppenburg, 2008).
Morfologi tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) yaitu termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya. Tanaman sawi mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya sangat dangkal pada kedalaman 5 cm. perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (Solum tanah) cukup dalam. Tanaman sawi memiliki batang pendek yang berwarna keputih-putihan denng ukuran panjang 1,5 cm dan diameter 3,5 cm (Mandha, 2010).



2.2     Syarat Tumbuh
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.  Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.  Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara  pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto, 2010).

2.3    Teknik Budidaya
Teknik budidaya tanaman sawi meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Mandha, 2010).

 








Gambar 2.2 Penanaman Sawi pada Bedengan

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajat keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2 (Rianto, 2009).
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan     20-30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan (Margiyanto, 2010).
Penanaman tanaman sawi dibedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8 X 6-10 cm (Rianto, 2010).
Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.   Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan  (Kloppenburg, 2008).

2.2       Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang kita gunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat (4) perlakuan dengan  2 kali ulangan. Pada setiap perlakuan terdapat 5 baris tanaman dengan jumlah tanaman 13 tanaman/baris.
o   Perlakuan 1    : tanpa penambahan media pada lahan sebagai perlakuan kontrol.
o   Perlakuan 2 : Penambahan media pupuk kandang dengan perbandingan 3kg/m2.
o   Perlakuan 3 : Penambahan humus pada petakan lahan dengan perbandingan 2 kg/m2.
o   Perlakuan 4 : Penambahan tanah biasa pada petakan lahan dengan perbandingan 2 kg/m2.
Pada tiap masing-masing perlakuan kami lakukan 2 ulangan yaitu:
ü  Ulangan 1 : penanaman dengan dilakukan semai terlebih dahulu kemudian dilakukan pindah tanam ke lahan.
ü  Ulangan 2 : penanaman benih langsung ditebar pada lahan tanpa persemaian.

Tabel 3.1 Tabel  Rencana Percobaan
Perlakuan
Media yang Ditambahkan
Ulangan
Pola Tanam
Perlakuan 1
Kontrol
a.       Ulangan 1
Dengan jarak tanam 20cm x 15cm
b.      Ulangan 2
Benih ditabur
Perlakuan 2
Pupuk Kandang 3kg/m2.
a.       Ulangan 1
Dengan jarak tanam 20cm x 15cm
b.      Ulangan 2
Benih ditabur
Perlakuan 3
Humus 2kg/m2.
a.       Ulangan 1
Dengan jarak tanam 20cm x 15cm
b.      Ulangan 2
Benih ditabur
Perlakuan 4
Tanah biasa 2kg/m2.
a.       Ulangan 1
Dengan jarak tanam 20cm x 15cm
b.      Ulangan 2
Benih ditabur

Adapun denah perencanaan pembagian petakan bedengan adalah sebagai berikut :










Gambar 2.3 Denah Perencanaan Pembagian Plot.
BAB 3
METOOLOGI
3.1       Waktu dan Tempat
Praktikum Mata Kuliah Management Agroekosistem akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 April 2014 pada saat jam praktikum. adapun kondisi lahan yang akan digunakan adalah dengan menegement lingkungan akibat erupsi gunung kelud dengan media tanamnya material gunung kelud.
3.2     Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan budidaya
a.    Penentuan Varietas Yang Akan Ditanam, langkah awal pelaksanaan praktikum ini adalah kami menentukan dan mencari varieta tanaman yang akan kita gunakan. adapun varietas yang akan kami gunakan yaitu tanaman sawi dengan varietas patas. Disamping tanaman ini mudah hidup terutama di dataran rendah, tanaman ini juga mudah untuk dibudidayakan.
b.   Penyewaan Lahan Dan Pengolahan Lahan, untuk mempermudah praktikan dalam pemeliharaan serta proses budidaya, maka kami akan menyewa lahan yang ada disekitar kampus. Selain itu, daerah ini juga terdapat banyak material pasir gunung kelud yang relatif banyak. Sehingga lingkungan ekosistem masih terdampak erupsi gunung kelud.
Sebelum dibuat suatu bedengan tanah perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu yaitu dengan menambahkan pupuk kandang pada media tersebut. Hal ini dikarenakan tanah banyak terdapat banyak material pasir yang sifat sulit mengikat air dan miskin akan unsur hara, sedangkan komoditas sawi yang akan kita tanam memerlukan air yang relatif banyak. Untuk mengatasi hal tersebut kita tambahkan media pupuk kandang yang mudah mengikat air dan kaya akan unsur hara. Selain itu kita juga menambahkan media lain pada perlakuan 3 dan 4. Yaitu penambahan media humus dan penambahan tanah biasa. Pupuk kandang yang akan kita tambahkan sesuai dengan perlakuan.
c.     Penanaman, Untuk menanam sawi kita siapkan lahan untuk persemaian terlebih dahulu. Ukuran lahan untuk persemaian adalah 1m x 0,5m. Sedangkan petakan lahan yang akan ditanami komoditas adalah 4m x 2m. Dengan jarak tanam 20cm x 15cm. Pemindahan atau transplanting dilakukan apabila bibit dipersemaian sudah siap untuk dipindahkan yaitu dengan ciri-ciri sudah keluar 2 daun secara sempurna atau setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman siap dipindahkan ke bedengan (Margiyanto, 2010). Adapun denah jarak tanam adalah sebagai berikut :

20cm


Text Box:    15cmText Box: 2 meter
 










 Meter

1 meter
 




Gambar 3.1 denah perencanaan jarak tanam tiap perlakuan

Keterangan :
ü  Jarak tanam antar barisan 20 cm
ü  Jarak tanam dalam barisan 15 cm
ü  Lebar bedengan 2 m
ü  Panjang bedengan 4 m
ü  Tinggi bedengan 20 cm

d.    Pemeliharaan, apabila tanaman ada yang tidak tumbuh/mati, maka perlu dilakukan penyulaman untuk mempertahankan populasi tanaman. Penyulaman dilakukan maksimal 1 mst. Kemudian untuk penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan, apabila lahan sudah terdapat gulma maka segera dilakukan penyiangan disertai pembumbunan. Pembumbunan dilakukan dengan tujuan mempertahankan tanah tetap gembur dan memperkuat perakaran tanaman. Apabila tanah tampak kering maka dilakukan penyiraman karena tanaman sawi membutuhkan air yang relatif banyak.
e.     Pemupukan,Dua minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15 gr/m2). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman. Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.
f. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) Tanaman Sawi, Untuk mencegah hama dan penyakit pada sawi yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase lahan. OPT utama adalah ulat daun kubis (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan dibunuh langsung menggunakan tangan. Jika terpaksa menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.
g. Pemanenan, tanaman sawi hijau dipanen setelah berumur 40-45 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong pada pangkal tangkai sawi menggunakan pisau potong atau cutter.

Pengamatan
a.       Tinggi Tanaman, pengamatan tinggi tanamandilakukan 1 minggu sekali dengan mengambil sample pada masing-masing ulangan sebanyak 3 tanaman/ulangan.
b.      Daya Kecambah, daya kecambah diamati dengan cara menghitung jumlah benih yang tumbuh pada lahan dibagi total populasi dan dikali 100%.
Daya Kecambah =

c.       Warna Daun dan Jumlah Daun, pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sample tanaman dari masing-masing ulangan kemudian menghitung jumlah daun dan pengamatan warna daun dengan menggunakan dokumentasi.



Daftar Pustaka

Kloppenburg, 2009. Petunjuk Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisional. Yogyakarta:Yayasan Dana Sejahtera.
Mandha, 2010. Sawi. http://Uncategorized-mandha.htm. Diakses pada tanggal             27 Maret 2014.
Margiyanto E., 2010. Cahaya Tani http://Budidaya Tanaman Sawi « Cahaya Tani.htm. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Rianto, 2009. Cara Menanam Sawi. http://tips-cara-menanam-sawi.htm. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Yudharta, 2010. Tanaman Sawi http://Tanaman Sawi « Community Aji Chrw-95%.htm. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih