PROPOSAL MATA KULIAH
MANAGEMENT AGROEKOSISTEM
PERANCANGAN PENELITIAN
Pembuatan Demplot Budidaya
Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.)
Oleh Kelompok 1:
1.
Defi Ismi Damayanti 125040218113010
2.
Eber Lonameo 125040218113018
3.
Fibri Dedy 125040218113026
4.
Irene Iriani 125040218113004
5.
Moh. Saiful Anwar 125040218113028
6.
Risky Widayanti 125040200113002
7.
Vivi Imroatin Nafiah 125040218113009
8.
Yoedha Putra Pratama 125040218113017
9.
Yuniza 125040218113020
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
KEDIRI
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada umumnya tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki
prospektif yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis
yang sangat tinggi khususnya bagi para petani.
Tanaman Hortikultura diataranya yaitu buah- buahan, obat-obatan, tanaman
hias serta sayur-sayuran sepertu sawi.
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),
baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang
kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan
sawi biasanya mengacu pada sawi hijau
(Brassica rapa kelompok parachinensis,
yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih
(Brassica rapa) kelompok pekinensis, disebut juga petsai yang
biasa dibuat sup
atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang
kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur
(untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica
oleracea) kelompok alboglabra adalah sejenis sayuran daun lain yang
agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran
mi goreng.
Sawi sendok (pakcoy atau
bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula
dalam dunia boga Indonesia (Yudharta,
2009).
Di Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang
banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga
ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan
untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan
adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan
yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk
komersial dan prospek sangat baik (Anonim, 2010).
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek
sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di
Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional
dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta
mustard (Rianto, 2009).
1.2 Tujuan
Pelaksanaan
Tujuan dari Praktikum Menejemen Agroekosistem yaitu
untuk mengetahui teknik budidaya dari Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan media yang digunakan untuk penanaman adalah
pasir bekas erupsi Gunung Kelud. Sedangkan kegunaan dari Praktikum Dasar-Dasar
Agronomi yaitu agar mahasiswa mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pupuk
pada tanaman yang dibudidayakan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi dan Morfologi
Gambar 2.1
Tanaman Sawi Hijau
Klasifikasi tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.), Kingdom: Plantae, Divisi :
Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales,
Famili: Cruciferae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica juncea L (Kloppenburg, 2008).
Morfologi tanaman sawi hijau (Brassica
juncae L) yaitu termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong kedalam
tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi tumbuh pendek dengan tinggi
sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya. Tanaman sawi
mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta berakar
serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya
sangat dangkal pada kedalaman 5 cm. perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air,
dan kedalaman tanah (Solum tanah) cukup dalam. Tanaman sawi memiliki batang
pendek yang berwarna keputih-putihan denng ukuran panjang 1,5 cm dan diameter
3,5 cm (Mandha, 2010).
2.2 Syarat
Tumbuh
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada
kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun
biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai
500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang
tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara
teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang
sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi
tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian,
tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok
untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai
pH 7 (Margiyanto, 2010).
2.3 Teknik
Budidaya
Teknik budidaya tanaman sawi meliputi pemilihan benih,
pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Benih merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan
tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar
lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat
kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik,
seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air,
suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih
harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang
kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu,
misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70
hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi
yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan
dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih
dari 3 tahun (Mandha, 2010).
Gambar 2.2
Penanaman Sawi pada Bedengan
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan
dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk
memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk
memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang
akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari
bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah
ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan
kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik
sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang
baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat
merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang
mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran
ini bertujuan untuk menaikkan derajat keasam tanah, pengapuran ini dilakukan
jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu
sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu
2-4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah
kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2
(Rianto, 2009).
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan
tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat
beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu
lebar 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan,
tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu
di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan
pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal
1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan (Margiyanto, 2010).
Penanaman tanaman sawi dibedengan dengan ukuran lebar
120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm
dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan
terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha.
Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8 X 6-10 cm (Rianto, 2010).
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8 X 6-10 cm (Rianto, 2010).
Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan
sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila
musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang
ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi
kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman
dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu
penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan
mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati
atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan
biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan
kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1
atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan
pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3
minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh
sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m
bedengan (Kloppenburg, 2008).
2.2 Rancangan Percobaan
Rancangan
percobaan yang kita gunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak
Kelompok dengan empat (4) perlakuan dengan
2 kali ulangan. Pada setiap perlakuan terdapat 5 baris tanaman dengan
jumlah tanaman 13 tanaman/baris.
o
Perlakuan 1 : tanpa penambahan media pada lahan sebagai
perlakuan kontrol.
o
Perlakuan 2 : Penambahan media pupuk kandang
dengan perbandingan 3kg/m2.
o
Perlakuan 3 : Penambahan humus pada
petakan lahan dengan perbandingan 2 kg/m2.
o
Perlakuan 4 : Penambahan tanah biasa
pada petakan lahan dengan perbandingan 2 kg/m2.
Pada tiap masing-masing perlakuan kami
lakukan 2 ulangan yaitu:
ü Ulangan
1 : penanaman dengan dilakukan semai terlebih dahulu kemudian dilakukan pindah
tanam ke lahan.
ü Ulangan
2 : penanaman benih langsung ditebar pada lahan tanpa persemaian.
Tabel 3.1 Tabel Rencana Percobaan
Perlakuan
|
Media yang Ditambahkan
|
Ulangan
|
Pola Tanam
|
Perlakuan 1
|
Kontrol
|
a.
Ulangan 1
|
Dengan jarak
tanam 20cm x 15cm
|
b.
Ulangan 2
|
Benih ditabur
|
||
Perlakuan 2
|
Pupuk Kandang
3kg/m2.
|
a.
Ulangan 1
|
Dengan jarak
tanam 20cm x 15cm
|
b.
Ulangan 2
|
Benih ditabur
|
||
Perlakuan 3
|
Humus 2kg/m2.
|
a.
Ulangan 1
|
Dengan jarak
tanam 20cm x 15cm
|
b.
Ulangan 2
|
Benih ditabur
|
||
Perlakuan 4
|
Tanah biasa
2kg/m2.
|
a.
Ulangan 1
|
Dengan jarak
tanam 20cm x 15cm
|
b.
Ulangan 2
|
Benih ditabur
|
Adapun
denah perencanaan pembagian petakan bedengan adalah sebagai berikut :
Gambar
2.3 Denah Perencanaan Pembagian Plot.
BAB 3
METOOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Mata Kuliah Management Agroekosistem akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2
April 2014 pada saat jam praktikum. adapun kondisi lahan yang akan digunakan
adalah dengan menegement lingkungan akibat erupsi gunung kelud dengan media
tanamnya material gunung kelud.
3.2 Prosedur
Pelaksanaan
Pelaksanaan budidaya
a.
Penentuan Varietas Yang Akan Ditanam, langkah awal
pelaksanaan praktikum ini adalah kami menentukan dan mencari varieta tanaman
yang akan kita gunakan. adapun varietas yang akan kami gunakan yaitu tanaman
sawi dengan varietas patas. Disamping tanaman ini mudah hidup terutama di
dataran rendah, tanaman ini juga mudah untuk dibudidayakan.
b.
Penyewaan Lahan Dan Pengolahan Lahan, untuk mempermudah
praktikan dalam pemeliharaan serta proses budidaya, maka kami akan menyewa
lahan yang ada disekitar kampus. Selain itu, daerah ini juga terdapat banyak
material pasir gunung kelud yang relatif banyak. Sehingga lingkungan ekosistem
masih terdampak erupsi gunung kelud.
Sebelum dibuat suatu bedengan tanah perlu dilakukan
pengolahan terlebih dahulu yaitu dengan menambahkan pupuk kandang pada media
tersebut. Hal ini dikarenakan tanah banyak terdapat banyak material pasir yang
sifat sulit mengikat air dan miskin akan unsur hara, sedangkan komoditas sawi
yang akan kita tanam memerlukan air yang relatif banyak. Untuk mengatasi hal
tersebut kita tambahkan media pupuk kandang yang mudah mengikat air dan kaya
akan unsur hara. Selain itu kita juga menambahkan media lain pada perlakuan 3
dan 4. Yaitu penambahan media humus dan penambahan tanah biasa. Pupuk kandang
yang akan kita tambahkan sesuai dengan perlakuan.
c.
Penanaman, Untuk menanam sawi kita siapkan lahan untuk
persemaian terlebih dahulu. Ukuran lahan untuk persemaian adalah 1m x
0,5m. Sedangkan petakan lahan yang akan ditanami komoditas adalah 4m x 2m.
Dengan jarak tanam 20cm x 15cm. Pemindahan atau transplanting dilakukan apabila bibit dipersemaian sudah siap untuk
dipindahkan yaitu dengan ciri-ciri sudah keluar 2 daun secara sempurna atau
setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman siap dipindahkan ke
bedengan (Margiyanto, 2010). Adapun denah jarak tanam adalah sebagai berikut :
20cm
|
Meter
1 meter
|
Gambar
3.1 denah perencanaan jarak tanam tiap perlakuan
Keterangan :
ü Jarak
tanam antar barisan 20 cm
ü Jarak
tanam dalam barisan 15 cm
ü Lebar
bedengan 2 m
ü Panjang
bedengan 4 m
ü Tinggi
bedengan 20 cm
d. Pemeliharaan,
apabila tanaman ada yang tidak tumbuh/mati, maka perlu dilakukan penyulaman
untuk mempertahankan populasi tanaman. Penyulaman dilakukan maksimal 1 mst.
Kemudian untuk penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan, apabila lahan
sudah terdapat gulma maka segera dilakukan penyiangan disertai pembumbunan.
Pembumbunan dilakukan dengan tujuan mempertahankan tanah tetap gembur dan
memperkuat perakaran tanaman. Apabila tanah tampak kering maka dilakukan
penyiraman karena tanaman sawi membutuhkan air yang relatif banyak.
e. Pemupukan,Dua
minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15 gr/m2).
Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik
kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman. Selanjutnya dapat
ditambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah
tanam.
f. Pengendalian Organisme
Penggangu Tanaman (OPT) Tanaman Sawi, Untuk mencegah hama dan penyakit pada
sawi yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase
lahan. OPT utama adalah ulat daun kubis (Plutella xylostella). Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan dibunuh langsung menggunakan
tangan. Jika terpaksa menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang aman dan
mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida
piretroid sintetik.
g. Pemanenan, tanaman sawi hijau dipanen
setelah berumur 40-45 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan dengan cara
memotong pada pangkal tangkai sawi menggunakan pisau potong atau cutter.
Pengamatan
a. Tinggi
Tanaman, pengamatan tinggi tanamandilakukan 1 minggu sekali dengan mengambil
sample pada masing-masing ulangan sebanyak 3 tanaman/ulangan.
b. Daya
Kecambah, daya kecambah diamati dengan cara menghitung jumlah benih yang tumbuh
pada lahan dibagi total populasi dan dikali 100%.
Daya
Kecambah =
c. Warna
Daun dan Jumlah Daun, pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sample tanaman
dari masing-masing ulangan kemudian menghitung jumlah daun dan pengamatan warna
daun dengan menggunakan dokumentasi.
Daftar Pustaka
Kloppenburg, 2009. Petunjuk
Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan
Tradisional. Yogyakarta:Yayasan Dana Sejahtera.
Mandha, 2010. Sawi. http://Uncategorized-mandha.htm. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Margiyanto E., 2010. Cahaya Tani http://Budidaya
Tanaman Sawi « Cahaya Tani.htm. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Rianto, 2009. Cara Menanam Sawi. http://tips-cara-menanam-sawi.htm. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Yudharta, 2010. Tanaman Sawi http://Tanaman Sawi « Community
Aji Chrw-95%.htm. Diakses pada tanggal 27 Maret
2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih