Selasa, 29 April 2014





TUGAS PAPPER
MATA KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA”



Oleh :
1.      Risky Widayanti                 125040200113002
2.      Maria Ani Novita Atuk      125040218113003
3.      Setiawan Tito                     125040218113004





 












UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
KEDIRI
2014
Pembuatan Benih Hibrida pada Tanaman Jagung
 

Varietas unggul merupakan salah satu komponen dari teknologi dalam usaha tani  yang dapat memberikan produktivitas tinggi, namun varietas unggul menjadi tidak berarti jika kualitas benih rendah. Varietas hibrida ialah F1 persilangan antara dua tetua, tetua dapat berupa alur murni, hibrida silang tunggal dan varietas atau populasi bersari bebas. Tetua hibrida biasa disebut materi induk (parent stock). Contoh: Semar-10, Bima-1, Bima-2 Bantimurung, Bima-3 Bantimurung, Bisi-2, NK11, NK55, NK33, C7, P11, dsb. Benih berkualitas tinggi adalah benih yang mempunyai viabilitas tumbuh lebih dari 95% pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Jagung hibrida yang digalakkan pemerintah untuk meningkatkan nilai yang tinggi merupakan jagung hibrida yang merupakan dari generasi pertama hasil penyilangan dua galur murni atau plasma nutfah atau dengan kata lain Jagung hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan dua galur murni. Pemulia jagung pada umumnya melakukan dan memulai perakitan jagung hibrida melalui persilangan galur/plasmanutfah. Palsma nutfah itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi dasar karena dapat menentukan ketersediaan tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan galur yang memiliki daya gabung yang baik (Suwarno, B.W.2009). Langkah-Langkah Pembentukan Galur Unggul Pembentukan galur unggul pada dasarnya terdiri dari empat tahap, yaitu :


 

(Langkah-Langkah Pembuatan Gakur Unggul)

Pembentukan Galur Murni 
Galur  murni   dihasilkan   dari   penyerbukan   sendiri   hingga   diperoleh tanaman  yang  homozigot. Galur murni dapat terjadi apabila persilangan dalam suatu galur antara 2 individu menghasilkan keturunan dengan penampilan standar yang sama dengan tetuanya. Dalam  membentuk  galur  murni  baru,  seorang  pemulia  mulai dengan plasmanutfah/ individu tanaman yang heterozigot.  Dengan penyerbukan sendiri, terjadi segregasi, penurunan vigor, kemampuan tumbuh dan berproduksi. Selain mengalami penurunan vigor individu tanaman yang diserbuk sendiri penampakkan berbagai kekurangan seperti: tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi silang dalam atau inbreeding depression (Suwardi, 2009). Tujuan penyerbukan sendiri adalah untuk mengatur karakter-karakter yang diinginkan dalam kondisi homozigot sehingga genotipe tersebut dapat dipelihara tanpa perubahan genetik. Selama  proses penyerbukan sendiri, banyak gen-gen resesif yang tidak diinginkan menjadi homozigot dan menampakkan fenotipenya. Tanaman  asal dinamakan S0, dan progeni penyerbukan sendiri dari tanaman tersebut dinamakan S1 (progeni penyerbukan sendiri generasi pertama). Progeni penyerbukan sendiri generasi kedua dinamakan S2, dan seterusnya (Suwarno, B.W.2009)






( Proses Pembuatan Galur Murni)

Macam-macam Pembentukan Hibrida 
Disamping  memiliki  hasil  yang  tinggi,  hibrida  silang  tunggal  lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida silang tiga galur dan silang  ganda. Adapun lebih jelasnya sebagai berikut :
1.      Hibrida Silang Tunggal (Single Cross Hybrids)
Hibrida silang tunggal adalah hibrida dari persilangan antara dua galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain.  Galur-galur murni yang digunakan dalam silang tunggal diasumsikan telah homozigot.  Oleh karena itu, tanaman hibrida silang tunggal bersifat heterozigot pada semua lokus dimana kedua galur murni berbeda. Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida silang tiga dan silang ganda.  Namun demikian, bahwa hibrida silang tunggal memiliki stabilitas penampilan yang lebih rendah dibandingkan dengan hibrida silang ganda.
2.      Hibrida Silang Tunggal yang Dimodifikasi (Modified Single Cross Hybrid)
Hibrida silang tunggal yang dimodifikasi adalah hibrida dari sebuah silang tiga  yang menggunakan progeni dari dua galur murni yang berhubungan sebagai tetua betina dan satu galur murni yang tidak berhubungan sebagai tetua jantan.  Dua galur murni yang berhubungan (A_ dan A__) mempunyai kemiripan genetik mengenai tipe tanaman sehingga terdapat segregasi minimal untuk karakteristik tanaman yang dikenali pada progreni hibrida (A_A__). Karena progeni tersebut menghasilkan benih lebih banyak dibandingkan galur A_ atau A__, maka progeni tersebut digunakan sebagai tetua betina pada silang tunggal yang dimodifikasi.  Galur murni yang tidak berhubungan digunakan sebagai tetua jantan.  Penampilan silang tunggal yang dimodifikasi pada lahan petani memiliki kemiripan dengan silang tunggal.
3.      Hibrida Silang Ganda (Double Cross Hybrid)
Hibrida silang ganda adalah progeni hibrida dari persilangan antara dua silang tunggal.  Silang ganda melibatkan empat galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain.  Pasangan galur murni disilangkan sehingga membentuk dua silang tunggal, kemudian disilangkan untuk menghasilkan silang ganda.  Benih silang ganda dihasilkan dari tanaman silang tunggal yang telah diserbuki oleh silang tunggal kedua.  Hibrida silang ganda yang dihasilkan dari galur murni (A x B) x (C x D).
Adapun Tahapan Pembuatan Benih Jagung hibrida, tahapan tersebut diantaranya:
1.     Pilih 2 jenis jagung yang masing-masing memiliki sifat unggul. Misal jagung A memiliki sifat bertongkol 2, kecil, berumur panjang, dan jagung B memiliki sifat bertongkol 1, besar, berumur pendek.
2.     Tanam kedua jenis jagung tersebut dengan cara "1 baris jagung B dan 3/ 4/5 baris jagung A, kemudian 1 baris lagi jagung B dan di ikuti oleh 3/4/5 baris lagi jagung A begitu terus sampai habis larikan di sawah dan diakhiri oleh 1 baris jagung B. Berikut adalah contoh perbandingan 1 : 3  ( B    A    A   A   B   A  A   A   B   A    A    A    B ).
3.     Jika jagung mulai berbunga, cabutlah bunga atas jagung A sebelum bunga itu mekar secara keseluruhan, jangan ada sisa dan biarkan bunga atas jagung B.
4.     Jika jagung sudah tua dan siap panen, maka panenlah terlebih dahulu jagung B dan beri wadah khusus, tujuannya agar tidak tercampur. Kemudian jagung A dipanen seperti biasanya.
5.     Rawat dengan baik jagung A dan rontokkan bijinya,..nah benih jagung yang siap ditanam lagi adalah jagung A yang memiliki sifat bertongkol 2, besar dan berumur pendek.
 
 








DAFTAR PUSTAKA

Suwardi. 2009. Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung Hibrida. Prosiding Seminar Nasional Seralia. Vol. 7(2): 307-312.
Suwarno, B.W.2009 . Perakitan Varietas Jagung Hibrida. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fadhly, MS, Ir. A.F.2010.Perakitan Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida Berumur Sedang. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia
Takdir M, Andi; Sri Sunarti, dan Made J. Mejaya. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih